Kamis, 01 Desember 2011

pengertian dan strategi Pembelajaran PAIKEM

A.      Latar belakang
Sebuah proses pembelajaran mutlak diperlukan adanya sebuah strategi pembelajaran. Hal ini di maksudkan agar pembelajaran tidak berlangsung seadanya. Pembelajaran haruslah berlangsung dengan terencana. Dampak intruksional dan dampak pengiringnya harus sudah dapat terproyeksikan sebelumnya. Salah satu pembelajaran yang belakangan ini mencuat, dan di akui sebagai strategi pembelajaran yang inovatif serta dapat menjadi solusi atas kemonotonan pembelajaran di kelas adalah strategi pembelajaran PAIKEM.  
Penerapan PAIKEM di latarbelakangi oleh kenyataan bahwa model pembelajaran selama berlangsung ini cenderung membuat siswa merasa malas dan bosan dalam belajar, dimana siswa hanya duduk pasif mendengarkan guru berceramah, tanpa memberikan reaksi apapun kecuali mencatat dibuku tulis atas apa yang diucapkan oleh guru mereka. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya penguasaan materi pada diri peserta didik. 

A.      Pengertian Pembelajaran PAIKEM
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Pendekatan PAIKEM sebagai sebuah strategi pembelajaran, memiliki 5 kriteria yang bisa dipaparkan sebagai berikut :

1.      Pembelajaran Aktif
Baik Pendekatan Cara belajar siswa aktif (CBSA) maupun pendekatan Keterampilan Proses (PKP), sangat mengutamakan tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Suasana pembelajaran aktif dapat memberikan atmosfer berbeda di dalam ruang kelas. Sementara itu pembelajaran yang pasif dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang monotan dan menjemukan, karena satu-satunya sumberasan.  pengetahuan dikelas adalah guru.
Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk itu, melalui berbagi teknik dan metode, guru harus berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif bertanya, mempertanyakan mengemukakan gagasan.
Anda tahu bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah  hanya berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang terjadinya asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta terbentuknya meta-kognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses kognitifnya itu).[1]
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pebelajar, maupun dari pihak pengelola proses pembelajaran. Proses-proses belajar itulah yang harus diperhatikan dalam menerapkan CBSA, yaitu :
1.    Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik;
2.    Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi / kaitan;
3.    Mengupayakan keterarahan terhadap suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian serta mengaitkan / menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang dipelajari;
4.    Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya;
5.    Penyesuaian dengan perbedaan individual;
6.    Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi;
7.    Peluang untuk menemukan sendiri informasi / konsep
8.    Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya;
9.    Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif; [2]

Untuk mewujudkan prinsip belajar diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, antara lain:
1.    Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi pembelajaran;
2.    Menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran;
3.    Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru dan siswa maupun antar siswa;
4.    Menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang / by design (buku pelajaran, media pembelajaran, model kerangka manusia dll) maupun yang di manfaatkan / by utilization (tumbuhan, hewan, lingkungan, pasar dll);
5.    Pemantauan yang intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik juga segera. [3]

2.      Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran  menyenangkanyang bisa membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan pembelajaran. Model pembelajaran inovatif ini tentunya berbed jauh dari model pembelajaran konvensional yang memang sudah menjadi kebiasaan dalam pembelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan pemikiran   "Learning is fun" kepada semua peserta didiknya yang merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.[4]
3.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan kemampuan berpikir rasional logis.
Kreatifitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang. Untuk menumbuhkan kreatifitas cukup sulit dilakukan, jika dalam proses yang berlangsung tidak memberikan keaktifan bagi siswa.
Bagi siswa, pengembangan kemampuan berpikir kretaif melalui pembelajaran kreatif, akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk menghadapi tantangan dan permasalahan di masa depan, yang tentunya akan berubah seiring perubahan zaman dan peradaban.[5]
4.      Pembelajaran Efektif
Aspek efektifitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran. Suatu pembelajaran disebut efektif manakala pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu mencakup pada penguasaan IPTEKS sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan atau kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien (belajar mengenai bagaimana cara belajar), bahkan pembentukan kemampuan meta-kognisi (kemampuan pengendalian proses kognitif itu sendiri). [6]
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak dapat memenuhi dua sisi penting dari tujuan pendidikan disekolah, yakni:
1.      Memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan, teknolog, dan seni (IPTEKS);
2.      Membangun diri pribadi sebagai pemanggung eksistensi manusia. Meskipun mungkin terjadi hubungan timbal balik di antara keduanya, tetapi pemantapan kesejatian diri (being) menjadi lebih penting dari apa yang tergolong sebagai milik (having) yakni memiliki IPTEKS itu sendiri. [7]  
Dengan demikian, pendidikan disekolah diharapkan dapat meujudkan tujuan pendidikan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya, yakni manusia indonesia sebagai fakta a priori, yang dikemudian di bangun dengn bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian dan kemahiran lainnya, sebagai fakta a posteriori. [8]
5.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajran yang didesain sedemikian rupa sehingga memberikan susana penuh keceriaan, menyenangkan, dan yang paling utama, tidak membosankan, peserta didik. Suasana seperti itu akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar-mengajar dikelasnya, sehingga curah perhatiannya akan lebih tinggi. Tingginya tingkat curah perhatian tersebut, akan meningkatkan hasil belajar.
Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan, tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need achievement) peserta didik. Pembelajaran menyenangkan memerlukan dukungan pengelolaan kelas serta penggunaan media pembelajaran alat bantu dan atau sumber belajar yang tepat. Pembelajaran yang menyenangkan dapat juga tercipta karena proses pembelajaran disesuaikan dengan karekteristik murid (seperti: kongkrit, holistik, manipulatif, dll), dengan menerapkan pendekatan CBSA dan atau pendekatan keterampilan proses.[9]

B.  Prinsip-Prinsip PAIKEM Dalam Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1.    Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2.    Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3.    Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
4.    Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran.[10]

C.      Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.[11]
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.[12]

D.      Penerapan Strategi PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian.[13]
Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
a.    Percobaan
b.    Diskusi kelompok
c.    Memecahkan masalah
d.   Mencari informasi
e.    Menulis laporan/cerita/puisi
f.     Berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
a.     Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
b.     Gambar
c.     Studi kasus
d.     Nara sumber
e.     Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa:
a.     Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
b.     Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
c.     Menarik kesimpulan
d.     Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
e.     Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
Melalui:
a.     Diskusi
b.     Lebih banyak pertanyaan terbuka
c.     Hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
a.    Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
b.    Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
c.    Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
a.    Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
b.    Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
a.    Guru memantau kerja siswa.
b.    Guru memberikan umpan balik.

 A.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
  1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif.
  1.  Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
  1. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.[1]
  1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya.
  1.  Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
 Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
  1. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
 Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
  1.  Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. [2]
  1. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.[3]

A.      Keimpulan
1.    Yang di maksud dengan Pembelajaran PAIKEM  adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja.
2.    Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain: Mengalami, Komunikasi, Interaksi, Refleksi.
3.    Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM adalah melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
4.    Cara menerapkan PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran adalah dengan melihat berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.
5.     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM adalah :
a.    Memahami sifat yang dimiliki anak
b.    Mengenal anak secara perorangan
c.    Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
e.    Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f.     Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g.    Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

B.  Saran

 
Bagi para pembaca apabila terdapat kesalahan di dalam makalah ini kami penulis mengharapkan partisipasinya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna terciptanya makalah yang lebih baik lagi.










     [1] Umaedi.  Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, ( Jakarta. 1999). Hal. 261

     [2][1]Dra. Masitoh, M.pd & Laksmi De wi, M.pd. Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat 2009). 

2 komentar:

  1. Blog Good

    www.pambiwara.co.cc

    BalasHapus
  2. makasih atas komentarnya...
    moga bisa bermanfaat semua tulisannya..........

    BalasHapus