Sabtu, 19 Mei 2012

KISAH CINTA DI BALIK RAHASIA SURAT LAMARAN KERJA

Di hari libur kuliahnya, Ziya seorang Mahasiswi Universitas di Jakarta, ia seorang wanita yang sangat pintar dan juga manis kata uminya selalu berkata seperti itu. Ziya selalu menghabiskan liburannya yang selama 3 hari itu dengan hanya berdiam saja di rumah, terkadang dihabiskannya juga dengan mengerjakan tugas-tugasnya, tak ada yang berbeda selalu seperti itu. Lama kelamaan Ziya merasa jenuh dengan liburannya yang hanya seperti itu saja, ia sangat ingin mengisi liburannya dengan hal-hal yang bisa menghasilkan uang, yaitu bekerja.Ziya pun meminta kepada Abi dan Uminya untuk di carikan pekerjaan yang bisa mengisi hari liburnya tersebut. Ziya ingin bisa membantu Abi dan Uminya walaupun tak seberapa, karena Abi dan Umi Ziya hanya seorang pedagang di pasar. Akan tetapi dengan hasil berdagang tersebut kebutuhan keluarga Ziya sudah sangat tercukupi mulai dari sehari-hari dan juga untuk biaya kuliah, ini hanya keinginan keras Ziya untuk bekerja juga untuk menambahkan pengalamannya. “Umi, Abi.. Zi ingin kerja di sela-sela waktu liburan, Zi sangat bosan hanya dirumah saja…” Pinta Ziya sambil Merajuk kepada Umi Abinya.
“Kerja apa Ziya….?? Kamu kan hanya libur 3 hari sedangkan kuliah mu juga berangkat pagi, susah untuk mencari pekerjaan dengan jadwal  jam mu yang seperti itu” . jawab Umi sambil membenahi pakaian dilemari.
“iya Ziya, kerja mengajar pun kamu tak mungkin kalau hanya hari jum’at dan sabtu saja,  bisanya paling kamu menjadi guru privat” susul Abi yang sedang menonton tv.
“Bisa aja ko Umi, Abi..seperti kerja di Alfamart, atau penjaga toko gitu, jadi klining service pun tak apa deh asalkan bisa menghasilkan uang dan mengisi liburan Ziya” jawab Ziya seperti memaksa.
“Ya sudah nanti Abi carikan, kebetulan Abi punya teman yang pernah  kuliah juga seperti mu, ia juga sambil bekerja, tapi ia sekarang sudah menikah dengan mahasiswi juga,  siapa tau dia punya tempat kerjaan yang baik untuk kamu”. Jawab Abi meyakinkan.“Benar Abi……? Asik…… Ziya bisa kerja”. Ziya sangat gembira mendengar perkataan Abinya tersebut.
***

Sabtu, 12 Mei 2012

Perkembangan Agama Pada Masa Remaja

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Bisa juga didefinisikan masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa dan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.   Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang satu sama lain bertentangan sehingga remaja menjadi terombang-ambing antara berbagai gejolak emosi yang saling bertentangan.
Pengertian remaja menurut pendidikan adalah periode peralihan dari masa siswa ke masa dewasa.  Sedangkan pengertian remaja menurut psikolog adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa.
Adapula yang mendefinisikan bahwa remaja yaitu tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa pengaruh terhadap remaja dalam sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.

B.    Perkembangan Agama Pada Masa Remaja I
Setelah si anak melalui umur 12 tahun, berpindah ia dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang, tidak banyak debat dan soal. Mereka memasuki masa goncang, karena pertumbuhan cepat  di segala bidang terjadi. Kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula  mengalami kegoncangan karena ia kecewa pada dirinya sendiri. Maka kepercayaan remaja terhadap Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin kadang juga malas. Perasaannya terhadap Tuhan tergantung kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya.  Terkadang ia sangat membutuhkan Tuhan ketika ia menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa berdosa. Tapi terkadang pula ia merasa tidak membutuhkan Tuhan karena ia merasa sedang senang, riang dan gembira.
Hendaknya guru agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat. Guru agama dapat memilihkan cara penyajian agama yang tepat bagi mereka sehingga kegoncangan perasaan yang dapat diatasi.

pengertian Al-Jarh wa at-ta'dil

A.      Latar Belakang
Pelaksanaan kritik matan hadist pada tataran teori mudah tercapai persamaan pendapat, seperti parameter (tolok ukur) guna menduga kepalsuan hadist. Akan tetapi pada praktek penerapan secara parsial, unit hadis demi unit hadis, hampir pasti terjadi perbedaan hasil penilaian. Keseenjngan hasil verivikasi itu semakin mencolok apabila menimpa matan hadis yang telah beroleh pengakuan perihal keshahihn hadis.
Dari pengamatan sepintas ditengarai bahwa dimensi kritik matan hadis sangat bervariasi, karenanya kadar akurasi hasil penelitian tidak hanya ditentukan oleh tolak ukur (mi'yar atau miqyas) yang dioperasionalkan, melainkan sangat dipengaruhi oleh ketepatan aplikasi metodologisnya apabila malakah (keterampilan ) kritik matan hadis selama ini melibatkan figur-figur mujtahid dan polemik argumentasi yang mewarnainya sarat dengan kaidah ijtihadi. Maka sudah seharusnya kegiatan mengaplikasikan metode kritik matan hadis dipandang sebagai aktivitas ijtihad dan padanya berlaku sift spekulasi hasil yang dicapai.

B.    Pengertian Al-Jarh Wa At-ta'dil
Al-Jarh secara bahasa merupakan bentuk  mashdar dari kata  yang berarti 'seseorang membuat luka pada tubuh orang lain yang ditandai dengan mengalirnya darah dari luka itu.
Secara Terminologi, al-jarh berarti munculnya suatu sifat dalam diri perawi yang menodai sifat adilnya atau mencacatkan hapalan dan kekuatan ingatannya, yang mengakibatkan gugur riwayatnya atau lemah riwayatnya atau bahkan tertolak riwayatnya.
Kemudian, pengerttian al-adl secara etimologi berarti sesuatu yang terdapat dalam jiwa bahwa sesuatu itu lurus. Orang adil berarti orang yang diterima kesaksiannya.
Adapun secara terminologi, Al-adl berarti orang yang tidak memiliki sifat yang mencacatkan keagamaan dan keperwiraannya.
Dengan demekian, Ilmu Al-jarh wa at-ta'dil berarti

Ilmu yang membahas hal ihwal para perawi dari segi diterima atau ditolak riwayat mereka.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, ilmu al-jarh wa at-ta'dil merupakan suatu materi pembahasan dari cabang ilmu hadis yang membahas cacat atau adilnya seorang yang meriwayatkan hadis yang berpengaruh besar terhadap klasifikasi hadisnya.[1]
  
C. Kegunaan Al-Jarh Wa At-ta'dil
Ilmu Al-Jarh Wa At-ta'dil berguna untuk menetapkan apakah periwayatan seorang rawi itu dapat diterima atau harus ditolak sama sekali apabila seorang rawi dipuji sebagai seorang yang adil, niscaya periwayatannya diterima, selama syarat-syarat yang lain untuk menerima hadis terpenuhi.
Jika kita tidak mengetahui benar atau salahnya sebuah riwayat, kita akan mencampuradukkan antara hadis yang benar-benar dari rasulullah dan hadis yang palsu (maudhu). Dengan mengetahui ilmu ini kita juga akan bisa menyeleksi mana hadis shahih, hasan, ataupun hadis dhaif, terutama dari segi kualitas rawi, bukan dari matannya[2]


Pengertian Jual Beli

A.    Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa adalah memberika sesuatu dengan imbalan sesuatu atau menukarkan sesuatu dengan sesuatu. Menurut syara’ialah menukarkan harta benda dengan alat pembelian yang sah atau dengan alat pembelian yang sah atau dengan alat yang lain dengan ijab dan qabul.
Menurut terminology yang dimaksud jual beli adalah :
1.    Menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan
2.    Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan aturan syara’
3.    Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul dengan cara yang sesuai dengan syara’.

Kamis, 03 Mei 2012

Pengertian Mistisisme dalam Psikologi agama

BAB I

PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang
Islam bukan sekedar agama ,islam juga merupakan peradaban, agama akan mapu memberikan khasanah budaya umum yang bahkan  menjadi lebih penting dari pada unsur etnis atau kedaerahan.
Mistisisme merupakan salah-satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi agama. Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam,Kristen dan yahudi) maupun nonteistik (misalnya penganut agama budha).[1] Tokoh mistik teistik maupun nonteistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun barangkali mereka berbeda jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan mengenai apa yang mereka persepsikan.[2]
Untuk lebih jelasnya kami pemakalah di dalam pembahasan selanjutnya akan menjelaskan lebih rinci lagi mengenai mistisisme.

    B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Dari mistisisme dalam psikologi agama itu?
2.      Bagaimana ciri khas atau karakteristik mistisisme itu?
3.      Bagaimana awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan?
4.      Hal-hal apa saja yang termasuk didalam mistisisme?



BAB II
PEMBAHASAN

     A.   Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama
Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil[3]
Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam islam adalah tasawuf disebut sufisme, sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme islam.[4] Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan.[5


B.   Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi agama
Ciri khas mistisisme yang pertama kali yang menarik para ahli psikologi agama adalah kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan atau kesadaran yang mencapai puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai kemanunggalan gambaran tersebut merupakan pengalaman menyatu dengan tuhan. Kondisi kesadaran serupa juga dialami oleh tokoh mistik nonteistik (kalangan para penganut budha). tokoh mistik teistik maupun non teistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap sebagai persepsi murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun ada perbedaan jauh dalam pernyataan verbal yang mereka gunakan ketika mengemukaan mengenai apa yang mereka persepsikan.[6] Kondisi kesadaran mistik seperti ini diperoleh melalui kontempalsi dan pengasingan diri dari kehidupan sosial.[7]
Sedangkan menurut William James menjelaskan tentang kondisi mistisisme. Menurutnya, kondisi tersebut ditandai dengan empat karakteristik:
1.   Ineffability (tidak dapat diungkapkan), merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat dideskripsikan atau dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of feeling) yang sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti apa pun.
2.   Neotic, yaitu merupakan merupakan suatu kondisi pemahaman sebab bagi para pelakunya ia merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi tersebut tersingkap hakikat realitas yang baginya merupakan ilham dan bukan pengetahuan demonstratif.
3.   Transiency, yaitu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna. Dengan kata lain, ia tidak langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan yang sangat kuat dalam ingatan.
4.   Passivity, yaitu  merupakan kondisi pasif
Dari sudut pandang tokoh mistis itu sendiri, pengasingan diri dan kontemplasi itu adalah dalam upaya menyucikan diri, membersihkan jiwa dari keterikatan akan kenikmatan materi. Kecenderungan yang demikian itu menampilkan sikap yang berbeda dari masyarakat umumnya. Penarikan diri dari kehidupan social dengan cara mengasingkan diri juga dijumpai pada penderita gangguan jiwa.
Mistisisme dalam kajian psikologi agama dilihat dari hubungan sikap dan perilaku agama dengan gejala kejiwaan yang melatar belakanginya. Jadi bukan dilihat dari absah tidaknya mistisisme itu berdasarkan pandangan agama masing-masing.

     C. Sejarah perkembangan aliran kepercayaan
Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan,yaitu lingkungan alam dan masyarakat.Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup disekitar manusia dan lingkungan masyarakat ,adalah masa manusia yang berada di sekitarnya.
Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. ,maka timbul dari keinginan mereka  untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan  dan membinasakan mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka miliki  dicarilah usaha untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi mereka merupakan kekuatan gaib.
Diciptakanya mantra-mantara yang dianggap sakti untuk menguasai, menagkal atau membinasakan kekuatan gaib perkembangan itu melibatkan masyarakat umum dan dan individu yang bersifat umum berkembang menjadi kultus dan individualis berkembang menjadi perdukunan.
Perkembangan masyarakat pada kenyataan selalu membawa berkas dari generasi terdahulu,Demikian pula perkembangan kepercayaan dari tahap politeisme menjadi monoteisme.[8]
                                                                                                                                                                                           D. Hal-hal yang termasuk mistisisme
1.      Ilmu ghaib
Yakni cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada didlalam alam ghaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
Kekuatan-kekuatan  ghaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda pusaka ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan ghaib.
Ilmu ghaib memegang peranan dalam keperluan pribadi dan tidak mempunyai makna yang langsung bagi masyarakat umum.
2.      Magis
Ialah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan ghaib bisa mempengaruhi duniawi secara secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan prnglaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang di ingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab-akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.
Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini, kita pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:
a.       Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang dimaksud. Misalkan, membunuh musuh dengan cara membakar rambut atau kukunya. Tindakan membunuh tersebut adalah magis dan penggunaan rambut dan kuku sebagai alat pembunuh adalah takhayul
.
b.      Magis dan Ilmu Ghaib
Contoh diatas jika kita mempercayai maka suatu proses tersebut secara rasional tergolong ilmu gaib.
c.       Magis dan Kultus
Jika dihubungkan dengan kultus, magis merupakan perbuatan yang dianggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural (tuhan).
3.      Kebatinan
Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
a.       Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib untuk melayani berbagai keperluan manusia.
b.      Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup dialam baka sebelum mengalami kematian.
c.       Golongan yang berniat mengenal tuhan dan menembus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
d.      Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur didunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling menghargaidan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah tuhan.

Dalam praktiknya golongan-golongan itu bercampur sehingga sulit memisahkannya. Oleh karena itu, penggolongan tersebut hanya untuk keperluan ilmiah. Ilukebatinan pada umumnya bermaksud untuk menemukan jalan yang dapat menempatkan manusia pada tempat yang sewajarnya di tengah-tengah masyarakat di dunia dan juga dalam hubungannya dengan tuhan.
 4.      Tasawuf dan Tarekat
      Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berarti dihadirat tuhan.
      Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme ialah kesadaran akan adanya komunikasi dengan tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.
Tarikat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Kemudian, tarikat mengandung arti organisasi (tarikat) tiap organisasi mempunyai syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
Pelaksanaan tarikat diantaranya:
a.       Dzikir.
b.      Ratib
c.       Muzik, yaitu dalammembaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.
d.      Bernapas, yaitu mengatur napas pada waktu melakukan dzikir tertentu.[9]


BAB III
                                                                       PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Mistisisme dalam Psikologi agama adalah Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
2.      Karakteristik atau ciri khas mistisisme dalam psikologi agama adalah kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan atau kesadaran yang mencapai puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai kemanunggalan. Sedangkan menurut William James menjelaskan ada empat karakteristik yaitu, state of feeling, noetic, Transiency, dan Passivity.
3.      Sejarah singkatnya perkembangan aliran kepercayaan yaitu ketika manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya dilingkungan alam dan masyarakat. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. maka timbul dari keinginan mereka  untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan  dan membinasakan mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka miliki  dicarilah usaha untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi mereka merupakan kekuatan gaib.
4.      Hal-hal yang termasuk mistisisme ada 4
a.       Ilmu gaib
b.      Magis
c.       Kebatinan
d.      Tasawuh dan tarekat






       [1]  Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) cet I, hal. 207
       [2] (Robert H. Thouless, 1992:219).
[3] Jalauddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993, cet. ke-2. Hal.
[4] Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama..hal 207
[5] Prof. Harun Nasution (1973:56)
[6](Robert H,Thouless:219)
[7] Prof. Dr H jalaluddin, Psikologi agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).cet.-14 hal 133-135
[8]Prof. Dr H jalaluddin, Psikologi agama,…………..hal. 135-236
[9]   Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama…