KHITBAH ( MEMINANG )
Amar adalah seorang mahasiswa UIN SYAHID di Jakarta. Rutinitasnya setiap hari jika selesai kuliah adalah mengaji dengan Syekh Ahmad yang Nama lengkapnya Syaikh Ahmad Taqiyyuddin Abdul Majid. Imam muda yang selama ini sangat dekat dengan amar.
Hari ini adalah hari ahad, sudah lama Amar tidak mengaji dengan Syaikh Ahmad. Setelah selesai kuliah Amar berniat untuk mampir dan mengaji di tempat Syaikh Ahmad. Selesai mengaji Syaikh Ahmad menanyakan kabar Amar :
Amar :“ Alhamdulillah, Syaikh,”
( jawab Fahri dengan menundukkan kepala, tidak berani memandang Syaikh Ahmad , karena segan )
Syaikh Ahmad:“ Alhamdulillah. Terus bagaimana dengan kuliahmu ?” Tanya beliau lagi.
Amar : "Alhamdulillah ". Judul skripsi sudah diterima Syaikh, sekarang sedang mengumpulkan bahan lebih lengkap untuk menulis.”
Syaikh Ahmad : “Alhamdulillah, kalau begitu”.
(Kemudian Syaikh Ahmad meneruskan pembicaraanya.)
“Anakku, aku mau bertanya masalah penting padamu, Apakah kau mau menikah ?”
Pertanyaan Syaikh Ahmad itu benar-benar mengagetkan Amar, seakan tak mampu berkata apapun, dikarenakan yang bertanya kepadanya adalah seorang ulama besar.
Amar : “Maksud Syaikh bagaimana ?
( Dengan nada sedikit berani dan gugup )
Syaikh Ahmad :“Apakah kau mau menikah dalam waktu dekat ini. Kalau mau, kebetulan ada orang shaleh datang kepadaku. Ia memiliki keponakan yang shaleha dan baik agamanya. Ia minta di carikan pasangan yang tepat untuk keponakannya itu. Aku melihat kau adalah pasangan yang tepat untuknya.”
Amar : ( Sambil mengeluarkan keringat dingin pahri menjawab )
“Tapi aku hanya mahasiswa miskin Syaikh, tidak punya biaya.”
Syaikh Ahmad : “Baginda Nabi dulu menikah dalam keadaan miskin. Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga menikah dalam keadaan miskin. Aku sendiri menikah dalam keadaan miskin. Begini anakku, kau pikirkanlah dengan matang. Lakukanlah shalat istikharah. Gadis salehah ini benar-benar salehah, dia mencari pemuda yang saleh bukan pemuda yang kaya. Sekarang pulanglah, pikirlah dengan matang. Jika kau mantap dengan jawabanmu siap menikah atau tidak secepatnya datanglah menemuiku. Jika kau mantap, maka akan aku pertemukan kau dengan walinya dahulu, jika tidak , maka aku akan mencarikan yang lain.”
Amar : “Baiklah kalau begitu Syaikh, Assalamualaikum”
(pamit sambil meraih tangan Syaikh Ahmad dan menciumnya)
Syaikh Ahmad :“Waalaikumsalam, Amar” ( Sambil mengelus rambut Amar )
Sampai di rumah, Amar masih memikirkan pembicaraannya dengan Syaikh Ahmad tadi.
Di dalam hati Amar berbisik : "Apa yang Syaikh Ahmad tawarkan bukan sembarang tawaran. Yang beliau tawarkan adalah sebaik-baik rezeki bagiku. Aku rasa aku harus shalat istikharah.
Lalu Amar pun setiap malam melakukan shalat istikharah. Kemudian terbangun dari mimpinya dan mendapatkan jawabannya ( selipkan lagu istikharah cinta)
.
Amar :“Astaghfirullah, ( Dengan nada yang kaget ) lagi-lagi aku bermimpi tentang ibu, apa maksud dari semua ini ya Allah, apakah aku harus menelpon ibu untuk meminta persetujuan beliau. Jika beliau merestui Insha Allah aku siap ya Allah”.
( Percakapan di dalam telpon antara amar dan Ibunya )
Amar : “Asalamualaikum, ibu. Ini amar, bu amar ingin meminta restu ibu, Syaikh Ahmad telah mencarikan seorang jodoh untuk amar, tentunya gadis yang shaleha bu. Amar meminta restu ibu beserta keluarga di Indonesia". ( Dengan nada sedikit semangat)
Ibu : Jika memang itu adalah pilihan dari guru mu, ibu merestuinya Nak, insya allah pasti dia adalah gadis yang shalehah.
( menjawab dengan nada yang lembut dan sedikit lemah )
Amar : “terima kasih atas restunya Bu, sampaikan salam amar untuk keluarga di Indonesia, asalamualaikum”.
Setelah menutup telpon Amar meneteskan air mata, air mata terharu dan bahagia. dalam hati Amar berkata "mungkin inilah jawabannya. Aku siap untuk menikah."
Setelah itu Amar langsung mengabarkan Syaikh Ahmad bahwa dia telah siap untuk menikah.
Keesokan harinya, Amar pergi ke rumah Syaikh Ahmad ,
Di setiap perjalanan hati Amarpun berkata : di rumah Syaikh Ahmad Aku akan bertemu dengan seseorang yang aku tidak tahu bagaimana rupanya, tapi Insha Allah Syaikh Ahmad telah memilihkan yang terbaik untukku.
Setelah tiba di rumah Syaikh Ahmad Amar kemudian memencat bel dan yang membuka adalah istri dari Syaikh Ahmad yaitu Ummu Habibah.
Amar :“Asalamualaikum umi?”(Sambil tersenyum).
Ummi :“Waalaikumsalam, mari silahkan masuk anakku… Amar. (menjawab dengan penuh keramahan. )
Syaikh Ahmad :“mari silahkan duduk anakku Amar, mungkin sebentar lagi Iqbal dengan calon istrimu Zaara datang.”(sambil mempersilahkan Amar untuk duduk ).
Amar : “Zaara,,, nama yang sangat bagus, “ (dengan nada terkagum)
Syaikh Ahmad : “Dan kau akan menyukainya.” (dngn nada sedikit canda)
Kemudian Ummu Habibah keluar dengan membawa nampan berisi dua gelas air putih dan memberikan kepada Amar dan Syekh Ahmad.
Syekh Ahmad. :” Anakku, ayo diminum dulu, kau tampaknya kehausan.
“ lima menit lagi mereka Insha Allah datang.
Amar : iYa syekh.. (amar meneguk sedikit)
Jantung Amar berdegup kencang. Sampai panas dingin, Amar hanya beristighfar dalam hati. Bel berbunyi….
Syaikh Ahmad : “Itu mereka datang. Kau tetaplah duduk di tempatmu”
Kemudian Syaikh Ahmad membukakan pintu. (Suara pintu dibuka) Amar sama sekali tidak berani memandang kearah pintu.
Iqbal :“Asalamualaikum!”
Syaikh Ahmad :“Waalaikumsalam, ahlan wa sahlan. Ayo masuk! (Dengan nada gembira) Amar, berdirilah sambutlah calon pamanmu!”
Suara Syaikh Ahmad membuat Amar tergagap. Amar berdiri…kemudian tuan Iqbal tersenyum kepada Amar , dan Amar pun membalasnya.
Iqbal :“Kaifa haluk ya’ aris!” (membisikkan kata sapaan kepada amar sambil memeluk erat)
Amar : “Alhamdulillah,”
Dibelakang Tuan Iqbal ada dua orang perempuan bercadar, Amar tau yang satu adalah istri tuan Iqbal yang bernama Ummu Aminah dan yang satunya tentu Zaara. Dan kedua perempuan itu saling berpelukan dengan Ummu Habibah. Kemudian Syaikh Ahmad mempersilahkan kami semua untuk duduk.
Syaikh Ahmad : “Ayo mari silahkan duduk”.
Kemudian Syaikh Ahmad memulai pembicaraan.
Syaikh ahmad :“ ini adalah majelis ta’aruf untuk dua orang yang sedang berniat untuk melangsungkan pernikahan. Menurut ajaran Nabi, seorang pemuda boleh melihat wajah perempuan yang hendak di nikahinya. Untuk melihat daya tarik dan untuk menyejukan hati. Maka lebih baiknya, anakku Zaara membuka cadarnya.
Ummu aminah : “Zaara, bukalah cadarmu! Calon suamimu berhak melihat wajah aslimu,”(Dengan nada mendesak )
Zaara pun kemudian membuka perlahan cadarnya, dan subhanallah…..yang ada di depan Amar ini adalah seorang bidadari. Setelah itu Amar hanya mampu tertunduk, tak hentinya beristighfar dan memanjatkan syukur atas anugerah ini.
Syaikh Ahmad :“Bagaimana apakah kalian sudah benar-benar siap membangun rumah tangga berdua?
Pertanyaan Syaikh Ahmad membuat amar mendongakkan kepala, begitu juga Zaara.
Iqbal :“Akhi Amar, bagaimana, kau siap menerima Zaara sebagai istrimu?” (dengan suara tegas)
Amar :“Akhi Iqbal, semestinya bukan aku yang kau Tanya. Tanyalah Zaara, apakah dia siap memiliki seorang suami seperti aku? Kau tentu sudah tau siapa aku. Aku ini mahasiswa miskin. Anak seorang petani miskin di kampung pelosok Indonesia” (dengan nada terbata-bata sambil terisak). “apakah aku kufu dengannya? Aku merasa tidak pantas bersanding dengan keponakanmu itu. Aku tidak ingin dia kecewa dibelakang hari,”
Iqbal :“Baiklah, biar Zaara sendiri yang menjawabnya, bicaralah Zaara, jangan malu.
Zaara :“Baiklah, aku akan bicara dari hatiku yang terdalam. Amar, dengan disaksikan semua yang hadir disini, kukatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu. Aku sudah mengetahui banyak tentang dirimu dari paman Iqbal dan Syaikh Ahmad. Dan memang akulah yang meminta paman Iqbal untuk mengatur bagaimana aku bisa menikah denganmu. Akulah yang minta.” (dengan nada tegas)
Iqbal :“Bagaimana Amar? kau sudah mendengar sendiri dari Zaara, sekarang kau bagaimana?” (sambil memandang kearah amar)
Amar :“Jika Zaara sedemikian mantapnya dan percaya padaku maka, bismillah, maka aku pun mantap menerima Zaara untuk jadi istriku, pendamping hidupku dan ibu dari anak-anakku, aku akan sepenuh hati percaya padanya."
Iqbal :“Baiklah kalau begitu untuk acara walimahnya akan ditentukan segera.
Syaikh Ahmad:“Ya..baiklah aku rasa acara meminang ini sudah selesai, aku akan mencari hari yang baik untuk walimahnya.
Iqbal :“Baiklah kami rasa sudah waktunya kami pamit, saya sangat senang sekali akhirnya kau akan menikah dengan Zaara,”( sambil menyalami Amar kemudian memeluknya)
Amar :“Tentu saja aku yanga sangat beruntung” (sambil tersenyum)
Iqbal ;“ Syaikh Ahmad , kami mohon pamit, “ Sambil menyalami dan memeluk Syaikh Ahmad) “Asalamualaikum”
“Waalaikumsalam, “ jawab kami semua.
Kemudian mereka pun pulang begitu juga Amar setelahnya Mencium tangan Syaik Ahmad dan pamit pulang.
“BY NOVEL AYAT-AYAT CINTA”
ini karya dari habiburrahman el shirazy kah ka jika didalam novel ayat cinta? soalnya karya sastra ini tidak tercantum pengarangnya? tolong berikkan infonya untuk makalah saya. trimakasih kka ^^
BalasHapus