Judulnya aja tak semanis coklat, apanya yang manis ?? masih umum banget kan..jadi baca terus aja sampai habis ya, biar gak penasaran ampe ngernyitin dahi gitu..hehehe
Kamu tau
tidak? Kalau hidup itu tidak semanis coklat, tidak pula seindah taman syurga
seperti gambaran didalam Al-Qur’an ataupun seperti drama-drama FTV yang sering
ditayangkan di SCTV..hihi, ada yang ceritanya didalam film itu wanita yang
miskin banget terus ketemu sama pangeran tampan dan kaya yang suka sama itu
cewe..(hah.. bikin iri aja, rasanya mustahil banget ya da dikehidupan nyata….
(-_- )’ yaa..palingan kalau ada juga seribu satu mungkin ya, kaya pangeran William
yang menikah dengan wanita dari kalangan biasa saja, tapi itu juga bukan
berarti miskin. Pokoknya jarang banget deh. Awalnya sebelum aku menyadari aku
ingin seperti pemeran difilm-film itu, tapi ketika aku tersadar dari khayalan
sesaat itu ternyata hidup tidak semanis coklat, seindah taman syurga, juga
seindah film FTV SCTV, akan tetapi hidup itu harus penuh dengan perjuangan,
kerja keras, serta sebisa mungkin harus menikmatinya dengan dibarengi rasa
syukur dan ikhlas.
Aku memang
seorang anak bungsu yang kata orang-orang sering dibilang manja dan dimanjakan
oleh mamah, mungkin ini salah satu sebab kenapa aku ingin selalu hidup yang
senang-senang aja, karena terbiasa apa saja yang diminta akan dituruti. Tapi sekarang
aku harus sadar karna usia ku bukan lagi di usia memakai seragam sekolah putih merah
(SD), bukan lagi di usia memakai seragam putih dan biru dongker (MTS “kalau
untuk saya”), serta bukan lagi diusia memakai seragam putih abu-abu (MA), akan
tetapi aku sudah kuliah, bukan lagi siswa tapi sudah mahasiswa yang menginjak
usia dewasa, dimana diusia ini harus bisa berpikir dan harus sudah memiliki
jati diri sendiri. Wooy.. “banyakin sadar diri dong” begitu lah kalau dalam
bahasa betawinya mah yang terkenal dengan asal jeplaknya..hehehe. yaa walau aku
sadar hingga saat ini blum menjadi manusia seutuhnya tapi aku tidak akan
berhenti untuk terus belajar dari segi hal apapun. Baik belajar dalam hal
bersosialisasi dengan manusia atau bahasa al-qur’annya mah “Hablu Min
An-Naas” (biasalah calon guru PAI jadi harus ada unsur agamanya sedikit
mah) juga belajar untuk menjalani dan menikmati hidup yang singkat dan hanya
satu kali ini dengan hal-hal yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar