Jumat, 01 Juni 2012

Istikharah Lipatan Kertas Cinta


Nufus jatuh cinta dengan seorang pemuda yang sangat pintar, tampan dan juga bijaksana yang merupakan santri di pesantren milik Abinya, usianya 3 tahun di atasnya yaitu 25 tahun,  Ilham nama laki-laki itu.
Letak Kamar Ilham sangat strategis dan juga indah di pesantren itu, di depannya ada danau yang terkadang warnanya menjadi hijau yang menjulang seperti ukuran lahan sawah 4 petak jika di ukur, kamarnya  seperti sebuah gubuk, dindingnya terbuat dari bambu dan juga atapnya  terbuat dari jerami–jerami. Tapi walaupun demikian, kamarnya cukup besar untuk ukuran satu orang, di dalam kamarnya sangat bersih, kitab-kitab tertata rapi di dinding kamarnya, jendelanya selalu ia hiasi dengan lipatan-lipatan kertas yang berbentuk burung. Ia sangat gemar melipat kertas.
***
lipatan kertas berbentuk Burung
Ilham sangat menyukai Nufus, tapi ia tak punya keberanian yang kuat untuk mengungkapkannya kepada Nufus, karena Nufus anak dari Ustadz pemilik pesantren itu, selama ini ia hanya seperti teman biasa jika bertemu dengan Nufus.
Di setiap pagi setelah mengaji, Ilham selalu bersih-bersih di rumah Nufus. Istilahnya mah jika seorang santri melakukan hal tersebut adalah untuk ngalap berkahnya dari guru. Itulah istilahnya yang sangat terkenal di kota santri. Dimana jika seorang santri walaupun ia pintar tapi tak mendapatkan berkah dari seorang guru maka ilmunya tidak akan bermanfaat.
Ketika ilham bersih-bersih, di situlah waktu yang tepat untuknya agar bisa mengungkapkan isi hatinya dengan meninggalkan lipatan kertas yang berbentuk burung di kamar Nufus, di dalamnya terdapat kata-kata yang begitu indah..
Mengenalmu membahagiakanku
Di dekatmu…
Seolah aku melihat peri-peri cinta menari-nari
Sambil memainkan alunan musik yang merdu
Mereka bersorak gembira seraya mengerti kebahagiaan hatiku
Berbicara denganmu…
membuat lidah ini kelu
Tak mampu berucap sepatah kata pun

Nufus sangat bertanya-tanya dalam hatinya siapakah yang mengirimkan lipatan kertas ini? Nufus tak pernah menyadari bahwa orang yang ia cintailah yang mengirimkan semua itu.
Hampir setiap membersihkan rumah Nufus, Ilham tak pernah lupa untuk meninggalkan lipatan kertas itu dikamar orang yang ia cintai. Karena ia ingin mengirimkan lipatan kertas itu sampai 1000 kali sebelum Nufus mgetahui isi hatinya.
***

 Sebuah amanat membuka rahasia
Sudah menjadi kebiasaan Abi setiap hari jum’at untuk mengisi khutbah, akan tetapi di hari jum’at ini Abi tak bisa hadir karena mendapatkan undangan untuk khutbah di masjid desa sebelah. Abi pun menghampiri Nufus yang berada di kamarnya.
“neng, jum’at ini Abi tak bisa mengisi khutbah di masjid karena dapat undangan khutbah di masjid lain, Abi harus memenuhinya, nanti kamu tolong sampaikan kepada Ilham tuk menggantikan Abi di masjid ya”
“iya Abi, tapi nanti setelah Nufus membantu umi di dapur”
“ ya sudah tapi jangan sampai lupa saja ya neng…”Abi menjelaskan.
“Iya insyallah tidak Abi.”Jawab Nufus tersenyum.
Setelah Nufus selesai membantu umi ia langsung menghampiri ilham yang saat itu sedang tidak ada di kamar.
“Assalamu’alaikum, k Ilham”.
Setelah tiga kali mengucapkan salam, Nufus tak mendapatkan jawaban sedikitpun, lalu ia buka pintu kamarnya yang sudah terbuka sedikit, ia mengira Ilham tidur di kamarnya. Ternyata tak ada orang didalamnya, dan Nufus pun tersentak sangat kaget melihat banyak lipatan-lipatan kertas berbentuk burung bergelantungan didepan jendela kamar yang sedari awal ditutup dan hanya bisa terlihat dari dalam . Lipatan kertas yang sama seperti yang aku temukan dikamar setiap pagi, hati Nufus berbisik. Ia sungguh heran tak percaya.
Nufus tidak pernah berjalan-jalan ke kamar santri  jika tak ada amanat dari umi atau Abinya, karena ia seorang wanita dan pesantrennya adalah khusus pria, jadi tak heran jika selama ini ia tidak begitu mengenal banyak santri disana.
“apakah selama ini yang mengirimkan lipatan kertas itu adalah ka Ilham”? itulah yang terus ditanyakan Nufus didalam hatinya sepanjang jalan menuju rumah. Ia benar-benar tak percaya ternyata selama ini k Ilham mempunyai perasaan yang sama sepertinya.Kenapa baru sekarang aku menyadarinya, tanyanya kepada dirinya sendiri. Nufus langsung beranjak pergi, dan ketika di jalan ia bertemu dengan Ilham.
“de Nufus habis dari mana? Ko sendirian” Tanya Ilham yang sedang memegangi buah kelapa ditangannya.
“oh ini k Ilham Tadi nufus ada keperluan sebentar” jawab Nufus dengan hati yang berdebar kencang karena telah mengetahui semuanya, tapi ia berusaha menetralisirnya.
Nufus tak mau mengatakan yang sebenarnya bahwa tadi ia datang ke kamar Ilham, ia tak mau Ilham sampai tau
“kakak sendiri habis dari mana toh? Ko bawa kelapanya banyak banget” susul Nufus berusaha mengalihkan.
“Oh…ini  tadi habis dari kebun di bawah danau sana ngambil kelapa buat temen-temen katanya mau pada bikin rujak kelapa, de nufus mau?” sambil menyodorkan buah kelapa itu kepada Nufus.
“wah klo kelapanya si Nufus gak mau k, tapi kalau dikasih rujak kelapanya boleh” jawab Nufus sambil bercanda dan sedikit tersenyum.
“oh ya sudah nanti beneran k ilham bawakan ya buat Nufus juga yang lainnya di rumah”
“bener ya k, ditunggu loh. oh iya mas ada amanat dari Abi katanya mas disuruh untuk mengisi khutbah hari jum’at besok karena Abi ada urusan penting”.
“oh begitu ya Nufus, ya sudah insya allah nanti kakak akan mengisi khutbah itu”
“sudah ya k ilham Nufus mau pulang takut ditunggu Umi di rumah, assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam de Nufus”.
Malam harinya Nufus sangat gelisah dan tak bisa memejamkan mata memikirkan kejadian siang tadi, ternyata laki-laki yang ia cintai juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakannya saat ini. Ia sangat menunggu-nunggu kapan k ilham akan mengungkapakan perasaannya kepada Nufus. Dan ia pun menyempatkan diri mengambil wudhu untuk shalat witir. Setelah shalat ia berdo’a kepada Allah meminta petunjuk kepada-Ny
Ya Allah ternyata selama ini aku tak bertepuk sebelah tangan
Jika memang ia jodoh ku percepatlah jalan nya
Dan jika bukan jangan sampai ada di antara kami semua yang saling tersakiti
Itulah do’a yang dipanjatkan Nufus. Setelah selasai shalat hati Nufus merasa tenang akhirnya ia pun bisa memejamkan matanya.
Ketika sampai kepada lipatan yang ke 1000 akhirnya Ilham memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya .Di pagi  ini Ilham tidak hanya meninggalkan lipatan kertas burung beserta kata-kata yang indah di dalamnya tapi juga disertai dengan sebuah pesan singkat yang berisi:
“Kita bertemu didapur umum ada sesuatu yang ingin disampaikan”
Sepert biasa Nufus mendapatkan lipatan kertas dikamarnya yang ia sudah tau dari k Ilham. Akan tetapi ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya lipatan kertas burung ini selain berisi kata-kata yang indah di dalamnya terdapat surat kecil.
Ketika Nufus membaca surat yang berisi pesan singkat itu, ia sangat kebingungan, ia harus mencari waktu yang tepat menunggu Abinya tak ada dirumah karena keluarga Nufus terutama Abi sangat memegang prinsip agamanya atau istilah lainnya sangat kental agamanya, ia ditentang untuk tidak berpacaran, maka dari itu Nufus sangat takut kepada Abinya.
***
membuat Cireng bersama
Tepat dihari jum’at dimana hari ini santri diliburkan sampai sore nanti karena abi melakukan shalat jum’at dimasjid desa sebelah.Ia mengajak adiknya Irma untuk menemaninya. Usia Irma sekitar 18 tahun selisih 3 tahun dengan Nufus.
Ketika sampai didapur umum, k Ilham sedang duduk diatas bale dan temannya Rendi sedang asik meniupkan tungku didapur.
”Assalamu’alaikum” ucap Nufus dan Irma
”wa’alaikumsalam” jawab K Ilham sambil tersenyum
“ada perlu apa k Ilham memanggil Nufus?”
“kamu tidak kaget de Nufus melihat k Ilham, karena berarti yang selama ini membuat lipatan burung kertas itu adalah k Ilham” jawab Ilham dengan penuh keheranan
“sebenarnya Nufus sudah tahu k kalau k Ilhamlah yang membuat  semua itu”
“Sejak kapan kamu tau de”
“waktu k Ilham mengambil kelapa itu, cuman Nufus berusaha untuk menutupinya” jawab nufus sambil menunduk.
“lalu de bagaimana jawaban mu, apakah kamu punya perasaan yang sama kepada kakak?
“Jujur k Ilham sebenarnya Nufus juga sudah lama menyimpan perasaan yang sama, tapi Nufus selalu berusaha untuk bisa menyembunyikannya”
Ilham pun tersenyum gembira mendengar jawaban dari Nufus, setelah itu mereka pun merayakan hari bahagia tersebut dengan membuat cireng bersama di dapur umum tersebut yang sedari tadi bahan-bahannya telah dikerjakan oleh Rendi. Merekapun menyantapnya dengan lahap bersama-sama.
Setelah kejadian itu Nufus berusaha untuk bisa bertemu dengan k Ilham dan pintar-pintar mencari alasan kepada Abinya. Sampai ketika Abi melihat Iham dan Nufus pergi berdua untuk kepasar membeli masakan didapur.
“Ilham sedang apa kamu di sini bersama Nufus” Tanya Abi dengan suara yang sedikit tinggi dan tegas.
“Abi ini salah Nufus K ilham tidak salah, maafkan Nufus Abi” jawab Nufus tanpa menunggu jawaban dari Ilham
“maafkan Ilham ustadz ini kekhilafan saya” jawab Ilham degan menundukkan kepala.
“Nufus kamu pulang bersama Abi dan kamu Ilham teruskan pekerjaan mu”
“baik Ustadz”.
Nufus tak bisa berkata apapun ia hanya bisa menitikkan air mata. Ternyata kejadian yang selama ini ia takutkan akhirnya terjadi juga.
Malamnya setelah selesai mengaji Ilham di suruh untuk tidak pulang dulu. Hal ini sudah diduga Ilham sedari pulang dari pasar tadi siang.
“ilham apa kamu menyukai Nufus”
Ilham bingung menjawab apa akhirnya demi kebaikan semuanya ia menjawab
“tidak ustadz, tadi saya hanya kebenaran bertemu Nufus dijalan”
Ilham terpaksa mengatakan hal itu karena ia takut jika Abi Nufus tau, Nufus akan dipesantrenkan kembali dan ia akan jauh dengan Nufus.
Setelah kejadian itu Ilham pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang berada diBandung untuk menenangkan dirinya.
Nufus pun sangat sedih melihat Ilham pulang, ia tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menunggunya kembali ke pesantren dan berdo’a kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan kekasihnya yang ia cintai.
Akan tetapi Allah berkata lain, semua yang diinginkan oleh seorang hambanya belum tentu sesuai dengan takdir yang telah ditentukan-Nya.
Ternyata Ilham dijodohkan oleh orang tuanya dengan Nisa seorang tahfidz dan juga seorang wanita yang lugu. Awalnya Ilham menolak atas keinginan orang tuanya itu, karena ia telah memiliki Nufus disana, akan tetapi ia tak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui wanita itu mengidap penyakit yang mematikan, yaitu leukemia. sehingga ia tak tega dan tak sanggup untuk menolaknya.
Ilham pun kembali ke pesantrennya bersama kedua orang tuanya dengan hati yang sangat berat, karena ia akan berpamitan dengan teman-temannya serta kekasihnya juga ustadznya tercinta yaitu Abi Nufus. Hati Nufus pun sangat senang dan sumringah ketika melihat kekasihnya kembali. Akan tetapi Ia tak menyadari bahwa kedatangan Ilham membawa kabar yang bisa menyakitkan hatinya.
Ilham bersama orang tuanya menginap semalam dipesantren. Dikesempatan itu Ilham menggunakannya untuk menjelaskan semuanya kepada Nufus.
***
Pilihan untuk menempuh Keikhlasan hati seorang wanita
Ditempat pertama kali mereka jadian juga merupakan terakhir kalinya mereka mengakhiri hubungannya yaitu di Dapur Umum. Nufus pun menghampiri Ilham dengan mata yang sangat sembab seperti habis menangis. Rupanya ia sudah mengetahui kabar itu dari Abinya, bahwa K ilham dijodohkan oleh orang tuanya, ia berusaha menahan rasa berkecamuk yang ada untuk menemui Ilham.
“Nufus,, maaf kan K Ilham mungkin Allah bekata lain, kita tak dinasibkan untuk bisa bersama, jujur K ilham bingung untuk menentukan semua ini, k Ilham sangat mencintai dan menyayangi de Nufus tapi k ilham juga tak bisa menolaknya karena suatu sebab tapi jika memang Nufus masih belum bisa menerimanya dan mengikhlaskannya k Ilham pun Siap untuk menikahi Nufus”.
Dengan  air mata yang membendung, Nufus berusaha menjawabnya
“kenapa K Ilham tak berusaha menolaknya, k Ilham tak mengerti bagaimana rasanya menahan rindu yang amat lama ini ditinggal oleh k Ilham, tapi setelah bertemu kembali kenapa kabar ini yang harus Nufus dapat. Nufus lebih baik tak bersama dengan K Ilham dari pada memaksakan suatu pernikahan yang hanya membuat hati ini terbakar cemburu dan menahan luka oleh wanita lain ”
Akhirnya tumpahlah semua air mata yang berusaha Nufus tahan, dan Nufus pun pergi tanpa mendengarkan alasan mengapa Ilham tak bisa menolak perjodohan itu.
Setelah kejadian itu Nufus selalu menangis didalam kamarnya,
Cinta sama dengan derita
Cinta datang hanya membuat hati menangis
Kenapa ada cinta jika tak berakhir bahagia?
Enyahlah, wahai cinta
Awalnya ia belum bisa menerima kenapa orang yang begitu ia cintai dan sayangi bisa melakukan hal itu kepadanya. Tapi setelah semua kabar itu jelas bahwa k Ilham tak bisa menolaknya kerena wanita itu mempunyai penyakit yang mematikan Nufus berusaha untuk mengikhlaskan hatinya.
“Hidup ini penuh pilihan, jika aku mau menikah dengan K ilham maka tak akan pernah aku merasa bahagia karena ada orang ketiga, cinta ku pun akan dibagi, dan aku lebih baik memilih untuk mengalah dan merelakan serta mengikhlaskan semuanya walaupun hati terasa perih dan sakit”.Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan dalam hati Nufus yang tak sempat dikatakan kepada K ilham.
ketika kepergian Ilhampun Nufus tak menemuinya karena ia tak kuat dan takut air matanya tumpah kembali seperti kejadian tadi malam.
Akhirnya semua berjalan sesuai dengan taqdir Allah dimana Ilham telah bersama dengan Nisa tapi setahun kemudian Nisa meninggal, Ilham pun meneruskan pesantrennya ditempat lain dan Nufus Hidup dengan laki-laki yang dipilihkan Abinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar