Nufus jatuh cinta dengan
seorang pemuda yang sangat pintar, tampan dan juga bijaksana yang merupakan
santri di pesantren milik Abinya, usianya 3 tahun di atasnya yaitu 25
tahun, Ilham nama laki-laki itu.
Letak Kamar Ilham sangat
strategis dan juga indah di pesantren itu, di depannya ada danau yang terkadang
warnanya menjadi hijau yang menjulang seperti ukuran lahan sawah 4 petak jika
di ukur, kamarnya seperti sebuah gubuk, dindingnya terbuat dari bambu dan
juga atapnya terbuat dari jerami–jerami. Tapi walaupun demikian, kamarnya
cukup besar untuk ukuran satu orang, di dalam kamarnya sangat bersih,
kitab-kitab tertata rapi di dinding kamarnya, jendelanya selalu ia hiasi dengan
lipatan-lipatan kertas yang berbentuk burung. Ia sangat gemar melipat kertas.
***
lipatan kertas berbentuk
Burung
Ilham sangat menyukai Nufus,
tapi ia tak punya keberanian yang kuat untuk mengungkapkannya kepada Nufus,
karena Nufus anak dari Ustadz pemilik pesantren itu, selama ini ia hanya
seperti teman biasa jika bertemu dengan Nufus.
Di setiap pagi setelah
mengaji, Ilham selalu bersih-bersih di rumah Nufus. Istilahnya mah jika seorang
santri melakukan hal tersebut adalah untuk ngalap berkahnya dari guru. Itulah
istilahnya yang sangat terkenal di kota santri. Dimana jika seorang santri
walaupun ia pintar tapi tak mendapatkan berkah dari seorang guru maka ilmunya
tidak akan bermanfaat.
Ketika ilham bersih-bersih,
di situlah waktu yang tepat untuknya agar bisa mengungkapkan isi hatinya dengan
meninggalkan lipatan kertas yang berbentuk burung di kamar Nufus, di dalamnya
terdapat kata-kata yang begitu indah..
Mengenalmu membahagiakanku
Di dekatmu…
Seolah aku melihat peri-peri
cinta menari-nari
Sambil memainkan alunan musik
yang merdu
Mereka bersorak gembira
seraya mengerti kebahagiaan hatiku
Berbicara denganmu…
membuat lidah ini kelu
Tak mampu berucap sepatah
kata pun
Nufus sangat bertanya-tanya
dalam hatinya siapakah yang mengirimkan lipatan kertas ini? Nufus tak pernah
menyadari bahwa orang yang ia cintailah yang mengirimkan semua itu.
Hampir setiap membersihkan
rumah Nufus, Ilham tak pernah lupa untuk meninggalkan lipatan kertas itu
dikamar orang yang ia cintai. Karena ia ingin mengirimkan lipatan kertas itu
sampai 1000 kali sebelum Nufus mgetahui isi hatinya.
Sudah menjadi kebiasaan Abi
setiap hari jum’at untuk mengisi khutbah, akan tetapi di hari jum’at ini Abi
tak bisa hadir karena mendapatkan undangan untuk khutbah di masjid desa
sebelah. Abi pun menghampiri Nufus yang berada di kamarnya.
“neng, jum’at ini Abi tak
bisa mengisi khutbah di masjid karena dapat undangan khutbah di masjid lain,
Abi harus memenuhinya, nanti kamu tolong sampaikan kepada Ilham tuk
menggantikan Abi di masjid ya”
“iya Abi, tapi nanti setelah
Nufus membantu umi di dapur”
“ ya sudah tapi jangan sampai
lupa saja ya neng…”Abi menjelaskan.
“Iya insyallah tidak
Abi.”Jawab Nufus tersenyum.
Setelah Nufus selesai
membantu umi ia langsung menghampiri ilham yang saat itu sedang tidak ada di
kamar.
“Assalamu’alaikum, k Ilham”.
Setelah tiga kali mengucapkan
salam, Nufus tak mendapatkan jawaban sedikitpun, lalu ia buka pintu kamarnya
yang sudah terbuka sedikit, ia mengira Ilham tidur di kamarnya. Ternyata tak
ada orang didalamnya, dan Nufus pun tersentak sangat kaget melihat banyak
lipatan-lipatan kertas berbentuk burung bergelantungan didepan jendela kamar
yang sedari awal ditutup dan hanya bisa terlihat dari dalam . Lipatan kertas
yang sama seperti yang aku temukan dikamar setiap pagi, hati Nufus berbisik. Ia
sungguh heran tak percaya.
Nufus tidak pernah berjalan-jalan
ke kamar santri jika tak ada amanat dari
umi atau Abinya, karena ia seorang wanita dan pesantrennya adalah khusus pria,
jadi tak heran jika selama ini ia tidak begitu mengenal banyak santri disana.
“apakah selama ini yang
mengirimkan lipatan kertas itu adalah ka Ilham”? itulah yang terus ditanyakan Nufus
didalam hatinya sepanjang jalan menuju rumah. Ia benar-benar tak percaya
ternyata selama ini k Ilham mempunyai perasaan yang sama sepertinya.Kenapa baru
sekarang aku menyadarinya, tanyanya kepada dirinya sendiri. Nufus langsung
beranjak pergi, dan ketika di jalan ia bertemu dengan Ilham.
“de Nufus habis dari mana? Ko
sendirian” Tanya Ilham yang sedang memegangi buah kelapa ditangannya.
“oh ini k Ilham Tadi nufus
ada keperluan sebentar” jawab Nufus dengan hati yang berdebar kencang karena
telah mengetahui semuanya, tapi ia berusaha menetralisirnya.
Nufus tak mau mengatakan yang
sebenarnya bahwa tadi ia datang ke kamar Ilham, ia tak mau Ilham sampai tau
“kakak sendiri habis dari
mana toh? Ko bawa kelapanya banyak banget” susul Nufus berusaha mengalihkan.
“Oh…ini tadi habis dari
kebun di bawah danau sana ngambil kelapa buat temen-temen katanya mau pada
bikin rujak kelapa, de nufus mau?” sambil menyodorkan buah kelapa itu kepada
Nufus.
“wah klo kelapanya si Nufus
gak mau k, tapi kalau dikasih rujak kelapanya boleh” jawab Nufus sambil
bercanda dan sedikit tersenyum.
“oh ya sudah nanti beneran k
ilham bawakan ya buat Nufus juga yang lainnya di rumah”
“bener ya k, ditunggu loh. oh
iya mas ada amanat dari Abi katanya mas disuruh untuk mengisi khutbah hari
jum’at besok karena Abi ada urusan penting”.
“oh begitu ya Nufus, ya sudah
insya allah nanti kakak akan mengisi khutbah itu”
“sudah ya k ilham Nufus mau
pulang takut ditunggu Umi di rumah, assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam de Nufus”.
Malam harinya Nufus sangat
gelisah dan tak bisa memejamkan mata memikirkan kejadian siang tadi, ternyata
laki-laki yang ia cintai juga merasakan hal yang sama seperti apa yang
dirasakannya saat ini. Ia sangat menunggu-nunggu kapan k ilham akan
mengungkapakan perasaannya kepada Nufus. Dan ia pun menyempatkan diri mengambil
wudhu untuk shalat witir. Setelah shalat ia berdo’a kepada Allah meminta
petunjuk kepada-Ny
Ya Allah ternyata selama ini
aku tak bertepuk sebelah tangan
Jika memang ia jodoh ku
percepatlah jalan nya
Dan jika bukan jangan sampai
ada di antara kami semua yang saling tersakiti
Itulah do’a yang dipanjatkan
Nufus. Setelah selasai shalat hati Nufus merasa tenang akhirnya ia pun bisa
memejamkan matanya.
Ketika sampai kepada lipatan
yang ke 1000 akhirnya Ilham memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya
.Di pagi ini Ilham tidak hanya meninggalkan lipatan kertas burung beserta
kata-kata yang indah di dalamnya tapi juga disertai dengan sebuah pesan singkat
yang berisi:
“Kita bertemu didapur umum
ada sesuatu yang ingin disampaikan”
Sepert biasa Nufus
mendapatkan lipatan kertas dikamarnya yang ia sudah tau dari k Ilham. Akan
tetapi ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya lipatan kertas burung ini
selain berisi kata-kata yang indah di dalamnya terdapat surat kecil.
Ketika Nufus membaca surat
yang berisi pesan singkat itu, ia sangat kebingungan, ia harus mencari waktu
yang tepat menunggu Abinya tak ada dirumah karena keluarga Nufus terutama Abi
sangat memegang prinsip agamanya atau istilah lainnya sangat kental agamanya,
ia ditentang untuk tidak berpacaran, maka dari itu Nufus sangat takut kepada
Abinya.
***
membuat Cireng bersama
Tepat dihari jum’at dimana
hari ini santri diliburkan sampai sore nanti karena abi melakukan shalat jum’at
dimasjid desa sebelah.Ia mengajak adiknya Irma untuk menemaninya. Usia Irma
sekitar 18 tahun selisih 3 tahun dengan Nufus.
Ketika sampai didapur umum, k
Ilham sedang duduk diatas bale dan temannya Rendi sedang asik meniupkan tungku
didapur.
”Assalamu’alaikum” ucap Nufus
dan Irma
”wa’alaikumsalam” jawab K
Ilham sambil tersenyum
“ada perlu apa k Ilham
memanggil Nufus?”
“kamu tidak kaget de Nufus
melihat k Ilham, karena berarti yang selama ini membuat lipatan burung kertas
itu adalah k Ilham” jawab Ilham dengan penuh keheranan
“sebenarnya Nufus sudah tahu
k kalau k Ilhamlah yang membuat semua itu”
“Sejak kapan kamu tau de”
“waktu k Ilham mengambil
kelapa itu, cuman Nufus berusaha untuk menutupinya” jawab nufus sambil
menunduk.
“lalu de bagaimana jawaban
mu, apakah kamu punya perasaan yang sama kepada kakak?
“Jujur k Ilham sebenarnya
Nufus juga sudah lama menyimpan perasaan yang sama, tapi Nufus selalu berusaha
untuk bisa menyembunyikannya”
Ilham pun tersenyum gembira
mendengar jawaban dari Nufus, setelah itu mereka pun merayakan hari bahagia
tersebut dengan membuat cireng bersama di dapur umum tersebut yang sedari tadi
bahan-bahannya telah dikerjakan oleh Rendi. Merekapun menyantapnya dengan lahap
bersama-sama.
Setelah kejadian itu Nufus
berusaha untuk bisa bertemu dengan k Ilham dan pintar-pintar mencari alasan
kepada Abinya. Sampai ketika Abi melihat Iham dan Nufus pergi berdua untuk
kepasar membeli masakan didapur.
“Ilham sedang apa kamu di
sini bersama Nufus” Tanya Abi dengan suara yang sedikit tinggi dan tegas.
“Abi ini salah Nufus K ilham
tidak salah, maafkan Nufus Abi” jawab Nufus tanpa menunggu jawaban dari Ilham
“maafkan Ilham ustadz ini
kekhilafan saya” jawab Ilham degan menundukkan kepala.
“Nufus kamu pulang bersama
Abi dan kamu Ilham teruskan pekerjaan mu”
“baik Ustadz”.
Nufus tak bisa berkata apapun
ia hanya bisa menitikkan air mata. Ternyata kejadian yang selama ini ia
takutkan akhirnya terjadi juga.
Malamnya setelah selesai
mengaji Ilham di suruh untuk tidak pulang dulu. Hal ini sudah diduga Ilham
sedari pulang dari pasar tadi siang.
“ilham apa kamu menyukai
Nufus”
Ilham bingung menjawab apa
akhirnya demi kebaikan semuanya ia menjawab
“tidak ustadz, tadi saya
hanya kebenaran bertemu Nufus dijalan”
Ilham terpaksa mengatakan hal
itu karena ia takut jika Abi Nufus tau, Nufus akan dipesantrenkan kembali dan
ia akan jauh dengan Nufus.
Setelah kejadian itu Ilham
pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang berada diBandung untuk menenangkan
dirinya.
Nufus pun sangat sedih
melihat Ilham pulang, ia tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menunggunya
kembali ke pesantren dan berdo’a kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan
kekasihnya yang ia cintai.
Akan tetapi Allah berkata lain,
semua yang diinginkan oleh seorang hambanya belum tentu sesuai dengan takdir
yang telah ditentukan-Nya.
Ternyata Ilham dijodohkan
oleh orang tuanya dengan Nisa seorang tahfidz dan juga seorang wanita yang
lugu. Awalnya Ilham menolak atas keinginan orang tuanya itu, karena ia telah
memiliki Nufus disana, akan tetapi ia tak bisa berkata apa-apa setelah
mengetahui wanita itu mengidap penyakit yang mematikan, yaitu leukemia.
sehingga ia tak tega dan tak sanggup untuk menolaknya.
Ilham pun kembali ke pesantrennya
bersama kedua orang tuanya dengan hati yang sangat berat, karena ia akan
berpamitan dengan teman-temannya serta kekasihnya juga ustadznya tercinta yaitu
Abi Nufus. Hati Nufus pun sangat senang dan sumringah ketika melihat kekasihnya
kembali. Akan tetapi Ia tak menyadari bahwa kedatangan Ilham membawa kabar yang
bisa menyakitkan hatinya.
Ilham bersama orang tuanya
menginap semalam dipesantren. Dikesempatan itu Ilham menggunakannya untuk
menjelaskan semuanya kepada Nufus.
***
Pilihan untuk menempuh Keikhlasan
hati seorang wanita
Ditempat pertama kali mereka
jadian juga merupakan terakhir kalinya mereka mengakhiri hubungannya yaitu di
Dapur Umum. Nufus pun menghampiri Ilham dengan mata yang sangat sembab seperti
habis menangis. Rupanya ia sudah mengetahui kabar itu dari Abinya, bahwa K
ilham dijodohkan oleh orang tuanya, ia berusaha menahan rasa berkecamuk yang
ada untuk menemui Ilham.
“Nufus,, maaf kan K Ilham
mungkin Allah bekata lain, kita tak dinasibkan untuk bisa bersama, jujur K
ilham bingung untuk menentukan semua ini, k Ilham sangat mencintai dan
menyayangi de Nufus tapi k ilham juga tak bisa menolaknya karena suatu sebab
tapi jika memang Nufus masih belum bisa menerimanya dan mengikhlaskannya k
Ilham pun Siap untuk menikahi Nufus”.
Dengan air mata yang
membendung, Nufus berusaha menjawabnya
“kenapa K Ilham tak berusaha
menolaknya, k Ilham tak mengerti bagaimana rasanya menahan rindu yang amat lama
ini ditinggal oleh k Ilham, tapi setelah bertemu kembali kenapa kabar ini yang
harus Nufus dapat. Nufus lebih baik tak bersama dengan K Ilham dari pada
memaksakan suatu pernikahan yang hanya membuat hati ini terbakar cemburu dan
menahan luka oleh wanita lain ”
Akhirnya tumpahlah semua air
mata yang berusaha Nufus tahan, dan Nufus pun pergi tanpa mendengarkan alasan
mengapa Ilham tak bisa menolak perjodohan itu.
Setelah kejadian itu Nufus
selalu menangis didalam kamarnya,
Cinta
sama dengan derita
Cinta
datang hanya membuat hati menangis
Kenapa
ada cinta jika tak berakhir bahagia?
Enyahlah,
wahai cinta
Awalnya ia belum bisa
menerima kenapa orang yang begitu ia cintai dan sayangi bisa melakukan hal itu
kepadanya. Tapi setelah semua kabar itu jelas bahwa k Ilham tak bisa menolaknya
kerena wanita itu mempunyai penyakit yang mematikan Nufus berusaha untuk mengikhlaskan
hatinya.
“Hidup ini penuh pilihan,
jika aku mau menikah dengan K ilham maka tak akan pernah aku merasa bahagia
karena ada orang ketiga, cinta ku pun akan dibagi, dan aku lebih baik memilih
untuk mengalah dan merelakan serta mengikhlaskan semuanya walaupun hati terasa
perih dan sakit”.Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan dalam hati Nufus yang
tak sempat dikatakan kepada K ilham.
ketika kepergian Ilhampun
Nufus tak menemuinya karena ia tak kuat dan takut air matanya tumpah kembali
seperti kejadian tadi malam.
Akhirnya semua berjalan
sesuai dengan taqdir Allah dimana Ilham telah bersama dengan Nisa tapi setahun
kemudian Nisa meninggal, Ilham pun meneruskan pesantrennya ditempat lain dan
Nufus Hidup dengan laki-laki yang dipilihkan Abinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar