Minggu, 29 Juni 2014



Terjemah Akhlaq Lil Banat
Karya : Nur Azizah
Sebenarnya dilubuk hati penulis yang terdalam sangat malu untuk menulis terjemahan akhlaq lil banat ini, karena akhlaq sang penulis pun masih jauh dari yang akan dipaparkan nanti. Akan tetapi singkat penulis ingin memperbaiki dirinya sendiri sekaligus beramal ma’ruf nahi munkar serta menasehati dalam kebaikan, seperti yang dipaparkan dalam peribahasa “sekali menyelam satu dua pulau terlampaui”. Walaupun sang penulis tidak bisa menyampaikan langsung kepada seluruh manusia akan ada baiknya penulis menyampaikan melalui tulisannya yang dihasilkan dari mengemban ilmu selama 5 tahun dipondok pesantren Nurul Hidayah Sadeng, Bogor. Mungkin dengan jalan ini sang penulis bisa menyampaikan atau memanfaatkan kepada siapa saja yang membacanya melalui media sosial spt blooger. Semoga bermanfaat..





PENDAHULUAN
Puja dan puji syukur penulis hanjatkan kepada dzat yang telah memberikan beribu-ribu nikmat_nya kepada seluruh makhluk termasuk salah satunya nikmat yang diberikan kepada penulis untuk menuliskan terjemah ini, jika kita ingin menghitung nikmat_Nya satu persatu itu tidak akan mungkin terjadi dimana ditegaskan dalam peribahasa al-Qur’an “ Jikala bebatangan pohon yang ada didalam dunia ini dijadikan sebagai kertasnya, dan lautan yang ada dialam dunia ini dijadikan sebagai tintanya serta bebatangan pohon yang ada dialam didunia ini dijadikan sebagai penanya, maka untuk menghitung nikmat Allah, Allah menegaskan didalam al-Qur’an “laa Tukhsuuhaa” tidak mungkin akan terhitung”.
Shalawat teriring salam penulis hanjatkan kepada keharibaan baginda Alam dimana ia adalah seseorang yang telah membawa umatnya dari zaman onta hingga zaman Toyota, dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang menderang seperti saat ini, minadzulumaati ilan nur nyatanya habibana wasyafiana wamaulaana Muhammad SAW.
Yang melatarbelakangi penulisan ini adalah karena penulis merasakan sendiri bagaimana sangat pentingnya akhlak dan moral untuk ditanamkan kepada diri kita sendiri ataupun kepada penerus agama kita nanti. Penulis pun amat merasakan sendiri bagaimana rasanya memiliki akhlaq yang jauh dari al-Qur’an, didalam dirinya tidak memiliki pegangan dan pondasi, merasa terpuruk, merasa dunia ini gelap, hati merasa selalu dinaungi oleh rasa penyesalan, hidup sengsara, tidak disenangi oleh siapapun, tidak memiliki rasa kasih sayang dan tidak menerima kasih sayang dari siapapun serta dirinya selalu merasa jauh dari Allah. Itulah yang pernah penulis rasakan, awalnya penulis merasa putus asa bagaimana cara memperbaiki hidupnya agar menjadi lebih baik, penulis merasa “semua sudah terlambat untuk merubah hidupnya”. Akan tetapi al-Qur’an sangat melarang kepada hambanya untuk berputus asa, karena itu sama saja ia tidak percaya akan adanya Allah. Sebagaimana yang telah dijelaskan didalam al-Qur’an QS.

Penulis juga pernah merasakan berdasarkan pengalaman yang didapat ketika mendapatkan salah satu tugas praktek mengajar (PPKT) di sebuah sekolah yang tidak bisa penulis sebutkan nama sekolah tersebut. Moral dan akhlak anak-anak sekolah dimana seharusnya anak-anak yang terpelajar ini memiliki ilmu dan pengetahuan yang baik dan mengetahui mana yang baik dan buruk, malah melakukan tawuran serta berani memorak porandakan sekolahnya sendiri, apakah ini termasuk akhlak yang baik? memang sangat miris dan sedih rasanya melihat kejadian itu. Tapi penulis sendiri tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kepada siswa tapi guru dan orang tua pun sangat berperan penting untuk membentuk sebuah akhlak dan moral mereka. Penulis sangat berkaca diri dan sedih, apa ini karena tingkah laku dan akhlak penulis belum baik dan belum bisa mengajar dengan baik kepada anak-anak muridnya. Karena sebenarnya tekhnik belajar ( baik akhlak maupun moral serta akademik ) yang paling cepat diserap oleh orang lain atau murid adalah meniru. [1] maka oleh karena itu sebaiknya kita sebagai seorang pendidik seharusnya memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu agar akhlaq kita bisa ditiru oleh muridnya. Karena pendidikan akhlak itu adalah no satu yang sangat berpengaruh penting didalam kehidupan.
Seharusnya kita harus ingat , bukankah Allah pun mengutus Rasulullah kedunia ini untuk menjadi suri tauladan yang baik agar kita sebagai makhluknya bisa menirunya.
Untuk itu penulis memaparkan tulisannya dimana didalam tulisannya ini ada berbagai tuntunan bagaimana cara kita berakhlaq kepada sesame, kepada guru, kepada orang tua, kepada orang yang lebih tua, dan kepada orang yang lebih kecil. Juga didalam penulisan ini akan dipaparkan sedikit demi sedikit sebuah cerita atau contoh suri tauladan yang baik. Diharapkan semoga mampu diterapkan dan dipakai oleh penerus bangsa nantinya.
Demikian pembukaan dan pemaparan latar belakang yang disampaikan oleh penulis. Penulis berharap bisa membawa manfaat kepada siapapun yang membaca tulisan ini. Saya pun sebagai penulis berharap bisa memperbaiki diri, walaupun diri saya belum baik akan tetapi saya berharap bisa memberikan manfaat penulisan ini untuk semua orang.
sebagaimana didalam pepatah dikatan :
“ungzdur maa qaala walaa tangzun man qoola”
(lihatlah apa yang dikatakan tapi jangan melihat siapa yang berbicara).
Wassalamu’alaikum wr.wb


Wajib kepada seorang anak perempuan :
1.      Berakhlaq dengan akhlaq yang baik sejak ia kecil supaya ketika ia sudah beranjak dewasa hidupnya akan dicintai. Diantaranya :
a.    Allah akan Ridha kepadanya
b.    Di cintai oelah keluarganya
c.     Dicintai oleh semua manusia
Maka didalam hidupnya akan merasakan kesenangan dan kedamaian.
2.      Menjauhi kepada akhlaq yang buruk, agar ia tidak dibenci. Diantaranya :
a.    Allah tidak akan Ridha kepadanya
b.    Tidak dicintai oleh keluarganya
c.     Dijauhi oleh seluruh manusia
Maka jika hal itu terjadi hidupnya akan celaka.



Anak perempuan yang beradab atau berakhlaq
Anak perempuan yang beradab atau berakhlaq itu :
1.    Akan selalu menghormati kepada kedua orang tuanya, menghormati guru-gurunya, saudara laki-lakinya yang lebih besar, saudara perempuan yang lebih besar , menghormati semua orang yang lebih besar dari pada dirinya, mencintai kepada saudara laki-laki yang lebih kecil dan menyayangi kepada saudara perempuan yang lebih kecil, dan mencintai kepada semua orang yang lebih kecil dari dirinya.
2.    Selalu benar atau jujur didalam perkataannya, tawadhu kepada selain dirinya, tidak membanggakan kepada dirinya sendiri, sabar atas semua kesusahan (pilara), tidak suka marah dan mengeluh, tidak memutuskan pertemanan kepada teman perempuannya dan tidak memusuhinya, malu kepada melakukan keburukan walaupun dalam keadaan sendiri karena ia takut kepada tuhannya, mendengarkan nasihat-nasihat yang diberikan oleh orang tua dan gurunya kepada dirinya dan menerapkannya kepada setiap tingkah lakunya spt ketika ia sedang makan, sedang berjalan, berbicara, ataupun tidur.

Anak perempuan yang berakhlaq buruk atau jelek
Setelah kita menjelaskan sebelumnya bagaimana tingkahlaku wanita yang berakhlaq baik, maka pada kesempatan kali ini penulis akan menyampaikan criteria anak perempuan yang memiliki akhlaq yang buruk.
Anak perempuan yang buruk itu tidak memiliki adab kepada kedua orang tuanya dan kepada guru-gurunya, tidak menghormati kepada orang yang lebih besar atau lebih tua darinya, tidak menyayangi kepada yang lebih kecil darinya, tatkala berbicara ia selalu berbohong, dan ketika ia tertawa selalu mengeraskan suara tawanya atau dengan tertawa yang terbahak-bahak, suka memarahi atau marah-marah, berkata yang buruk, suka bermusuhan, suka mengingkari janji, suka meledek kepada selain dirinya, suka membanggakan kepada dirinya sendiri, suka menghasud kpd anak perempuan-perempuan, suka membuat fitnah diantara keduanya, tidak malu untuk melakukan keburukan atau kejelekan, dan tidak pernah mendengarkan kepada nasihat.



[1] Qira’atul kutub saat pembelajaran mata kuliah yang diampu oleh ibu lala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar