Terjemah
Akhlaq Lil Banat
Karya
: Nur Azizah
Sebenarnya
dilubuk hati penulis yang terdalam sangat malu untuk menulis terjemahan akhlaq
lil banat ini, karena akhlaq sang penulis pun masih jauh dari yang akan
dipaparkan nanti. Akan tetapi singkat penulis ingin memperbaiki dirinya sendiri
sekaligus beramal ma’ruf nahi munkar serta menasehati dalam kebaikan, seperti
yang dipaparkan dalam peribahasa “sekali menyelam satu dua pulau terlampaui”.
Walaupun sang penulis tidak bisa menyampaikan langsung kepada seluruh manusia
akan ada baiknya penulis menyampaikan melalui tulisannya yang dihasilkan dari
mengemban ilmu selama 5 tahun dipondok pesantren Nurul Hidayah Sadeng, Bogor.
Mungkin dengan jalan ini sang penulis bisa menyampaikan atau memanfaatkan
kepada siapa saja yang membacanya melalui media sosial spt blooger. Semoga
bermanfaat..
PENDAHULUAN
Puja
dan puji syukur penulis hanjatkan kepada dzat yang telah memberikan beribu-ribu
nikmat_nya kepada seluruh makhluk termasuk salah satunya nikmat yang diberikan
kepada penulis untuk menuliskan terjemah ini, jika kita ingin menghitung
nikmat_Nya satu persatu itu tidak akan mungkin terjadi dimana ditegaskan dalam
peribahasa al-Qur’an “ Jikala bebatangan pohon yang ada didalam dunia ini
dijadikan sebagai kertasnya, dan lautan yang ada dialam dunia ini dijadikan
sebagai tintanya serta bebatangan pohon yang ada dialam didunia ini dijadikan
sebagai penanya, maka untuk menghitung nikmat Allah, Allah menegaskan didalam
al-Qur’an “laa Tukhsuuhaa” tidak mungkin akan terhitung”.
Shalawat
teriring salam penulis hanjatkan kepada keharibaan baginda Alam dimana ia adalah
seseorang yang telah membawa umatnya dari zaman onta hingga zaman Toyota, dari
jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang menderang seperti saat ini, minadzulumaati
ilan nur nyatanya habibana wasyafiana wamaulaana Muhammad SAW.
Yang
melatarbelakangi penulisan ini adalah karena penulis merasakan sendiri
bagaimana sangat pentingnya akhlak dan moral untuk ditanamkan kepada diri kita
sendiri ataupun kepada penerus agama kita nanti. Penulis pun amat merasakan
sendiri bagaimana rasanya memiliki akhlaq yang jauh dari al-Qur’an, didalam
dirinya tidak memiliki pegangan dan pondasi, merasa terpuruk, merasa dunia ini
gelap, hati merasa selalu dinaungi oleh rasa penyesalan, hidup sengsara, tidak
disenangi oleh siapapun, tidak memiliki rasa kasih sayang dan tidak menerima
kasih sayang dari siapapun serta dirinya selalu merasa jauh dari Allah. Itulah
yang pernah penulis rasakan, awalnya penulis merasa putus asa bagaimana cara
memperbaiki hidupnya agar menjadi lebih baik, penulis merasa “semua sudah
terlambat untuk merubah hidupnya”. Akan tetapi al-Qur’an sangat melarang kepada
hambanya untuk berputus asa, karena itu sama saja ia tidak percaya akan adanya
Allah. Sebagaimana yang telah dijelaskan didalam al-Qur’an QS.
Penulis
juga pernah merasakan berdasarkan pengalaman yang didapat ketika mendapatkan
salah satu tugas praktek mengajar (PPKT) di sebuah sekolah yang tidak bisa
penulis sebutkan nama sekolah tersebut. Moral dan akhlak anak-anak sekolah
dimana seharusnya anak-anak yang terpelajar ini memiliki ilmu dan pengetahuan
yang baik dan mengetahui mana yang baik dan buruk, malah melakukan tawuran
serta berani memorak porandakan sekolahnya sendiri, apakah ini termasuk akhlak
yang baik? memang sangat miris dan sedih rasanya melihat kejadian itu. Tapi
penulis sendiri tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kepada siswa tapi guru dan
orang tua pun sangat berperan penting untuk membentuk sebuah akhlak dan moral
mereka. Penulis sangat berkaca diri dan sedih, apa ini karena tingkah laku dan
akhlak penulis belum baik dan belum bisa mengajar dengan baik kepada anak-anak
muridnya. Karena sebenarnya tekhnik belajar ( baik akhlak maupun moral serta
akademik ) yang paling cepat diserap oleh orang lain atau murid adalah meniru. [1]
maka oleh karena itu sebaiknya kita sebagai seorang pendidik seharusnya
memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu agar akhlaq kita bisa ditiru oleh
muridnya. Karena pendidikan akhlak itu adalah no satu yang sangat berpengaruh
penting didalam kehidupan.
Seharusnya
kita harus ingat , bukankah Allah pun mengutus Rasulullah kedunia ini untuk
menjadi suri tauladan yang baik agar kita sebagai makhluknya bisa menirunya.
Untuk
itu penulis memaparkan tulisannya dimana didalam tulisannya ini ada berbagai
tuntunan bagaimana cara kita berakhlaq kepada sesame, kepada guru, kepada orang
tua, kepada orang yang lebih tua, dan kepada orang yang lebih kecil. Juga
didalam penulisan ini akan dipaparkan sedikit demi sedikit sebuah cerita atau
contoh suri tauladan yang baik. Diharapkan semoga mampu diterapkan dan dipakai
oleh penerus bangsa nantinya.
Demikian
pembukaan dan pemaparan latar belakang yang disampaikan oleh penulis. Penulis
berharap bisa membawa manfaat kepada siapapun yang membaca tulisan ini. Saya
pun sebagai penulis berharap bisa memperbaiki diri, walaupun diri saya belum
baik akan tetapi saya berharap bisa memberikan manfaat penulisan ini untuk
semua orang.
sebagaimana
didalam pepatah dikatan :
“ungzdur
maa qaala walaa tangzun man qoola”
(lihatlah
apa yang dikatakan tapi jangan melihat siapa yang berbicara).
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Wajib kepada
seorang anak perempuan :
1.
Berakhlaq
dengan akhlaq yang baik sejak ia kecil supaya ketika ia sudah beranjak dewasa
hidupnya akan dicintai. Diantaranya :
a.
Allah akan
Ridha kepadanya
b.
Di cintai
oelah keluarganya
c.
Dicintai oleh
semua manusia
Maka
didalam hidupnya akan merasakan kesenangan dan kedamaian.
2.
Menjauhi
kepada akhlaq yang buruk, agar ia tidak dibenci. Diantaranya :
a.
Allah tidak
akan Ridha kepadanya
b.
Tidak
dicintai oleh keluarganya
c.
Dijauhi oleh
seluruh manusia
Maka
jika hal itu terjadi hidupnya akan celaka.
Anak
perempuan yang beradab atau berakhlaq
Anak
perempuan yang beradab atau berakhlaq itu :
1.
Akan selalu
menghormati kepada kedua orang tuanya, menghormati guru-gurunya, saudara
laki-lakinya yang lebih besar, saudara perempuan yang lebih besar , menghormati
semua orang yang lebih besar dari pada dirinya, mencintai kepada saudara
laki-laki yang lebih kecil dan menyayangi kepada saudara perempuan yang lebih
kecil, dan mencintai kepada semua orang yang lebih kecil dari dirinya.
2.
Selalu benar
atau jujur didalam perkataannya, tawadhu kepada selain dirinya, tidak
membanggakan kepada dirinya sendiri, sabar atas semua kesusahan (pilara), tidak
suka marah dan mengeluh, tidak memutuskan pertemanan kepada teman perempuannya
dan tidak memusuhinya, malu kepada melakukan keburukan walaupun dalam keadaan
sendiri karena ia takut kepada tuhannya, mendengarkan nasihat-nasihat yang
diberikan oleh orang tua dan gurunya kepada dirinya dan menerapkannya kepada
setiap tingkah lakunya spt ketika ia sedang makan, sedang berjalan, berbicara,
ataupun tidur.
Anak
perempuan yang berakhlaq buruk atau jelek
Setelah kita
menjelaskan sebelumnya bagaimana tingkahlaku wanita yang berakhlaq baik, maka
pada kesempatan kali ini penulis akan menyampaikan criteria anak perempuan yang
memiliki akhlaq yang buruk.
Anak perempuan yang
buruk itu tidak memiliki adab kepada kedua orang tuanya dan kepada
guru-gurunya, tidak menghormati kepada orang yang lebih besar atau lebih tua
darinya, tidak menyayangi kepada yang lebih kecil darinya, tatkala berbicara ia
selalu berbohong, dan ketika ia tertawa selalu mengeraskan suara tawanya atau
dengan tertawa yang terbahak-bahak, suka memarahi atau marah-marah, berkata
yang buruk, suka bermusuhan, suka mengingkari janji, suka meledek kepada selain
dirinya, suka membanggakan kepada dirinya sendiri, suka menghasud kpd anak
perempuan-perempuan, suka membuat fitnah diantara keduanya, tidak malu untuk
melakukan keburukan atau kejelekan, dan tidak pernah mendengarkan kepada
nasihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar